Paling aku tidak mengerti
bagaimana mau menyeru-Mu
jika nama juga hijab
antara Engkau dengan aku.
Engkau esa
tiada hijab menemani Mu
mana mungkin engkau terhijab.
Berapa banyak hati sudah hancur luluh
dalam merindu Mu
berapa banyak fikiran telah terberai
dalam mencari Mu
Engkau dekat
tetapi bila didekati Engkau menjauh
bila berhenti Engkau melambai
bila dikejar Engkau menjauh kembali.
Bila aku di tangga rumah Mu
Engkau menutup pintu
bila aku mundur
Engkau membuka jendela
bila aku mengintai
Engkau melabuhkan langsir.
Dalam kepayahan ini
daku perlu penawar
penawaritu ada pada tangan Mu
namun aku malu menghulurkan tanganku yang cemar
untuk disambut oleh tangan Mu yang suci.
Aku tidak pernah tergamak meminta Engkau menjadi teman
karena aku tidak pernah membuktikan kesetiaan sebagai sahabat
namun hatiku gila kepada Mu
tetapi aku malu memanggil Engkau kekasih
karena aku tersangat bodoh dan hina.
Janganlah Engkau murka
lantaran si bodoh dan hina ini mengasihi Mu.
Wajahku yang bodoh dan hina
tidak layak Engkau tatapi
Wajah Mu yang cantik berseri
tidak layak aku tatapi
Di atas tangga rumah Mu aku terlena
dengan harapan mataku tidak terbuka lagi
karena aku tidak tahan merindui Mu.
Izinkan daku bermalam di tangga rumah Mu
dan memejam mataku di situ
agar apabila engkau membuka pintu
Engkau memandang kepadaku
walaupun daku tidak memandang kepada Mu.
darul iman
0 komentar:
Posting Komentar