0
Seringkali ubudiyah (sifat dan eksistensi kehambaan) kita goyah. Kenapa? Karena tiang-tiangnya tidak kokoh, lalu kita kehilangan kendali, tidak istiqomah, malas, putus asa, dan bahkan su’udzon kepada makhluk dan kepada Allah Swt. Jika tiang penyangga ubudiyah ini tidak kita kokohkan, maka kehambaan kita bisa rapuh. Tiang-tiang penyangga itu antara lain:
Bergantung pada Allah Swt dalam segala hal.
Ridho apa pun yang datang dari Allah Swt, dalam segala hal Kembali kepada Allah Swt dalam hal apa pun.
Selalu butuh kepada Allah Swt, dalam segalanya.
Mengembalikan hati kepada Allah Swt dalam segala hal.
Sabar bersama Allah Swt, dalam menghadapi segalanya.
Memutuskan diri hanya kepada Allah Swt, dalam segalanya.
Istiqomah bersama Allah Swt, dalam hal apa pun.
Menyerahkan hati total kepada Allah Swt, dalam segala hal.
Pasrah segalanya dalam semua hal kepada Allah Swt.
Kita mesti terus besemangat dan terus berjuang, terus berikhtiyar, terus berusaha. Allah Swt telah membuka pintu-pintuNya, dan masih adakah alas an kita untuk enggan memasukinya?
Jika itu yang terjadi pasti tiang-tiang ubudiyah kita telah goyang, bahkan menuju robohnya.
Kita mesti terus berdoa dan memohon kepadaNya, karena kalau bukan taufiq dan ‘inayahNya, langkah kita menuju pintuNya tak akan pernah tiba. Amin.evan
Penyangga Ubudiyah
Selasa, 10 Juli 2012
Soimudin
Seringkali ubudiyah (sifat dan eksistensi kehambaan) kita goyah. Kenapa? Karena tiang-tiangnya tidak kokoh, lalu kita kehilangan kendali, tidak istiqomah, malas, putus asa, dan bahkan su’udzon kepada makhluk dan kepada Allah Swt. Jika tiang penyangga ubudiyah ini tidak kita kokohkan, maka kehambaan kita bisa rapuh. Tiang-tiang penyangga itu antara lain:
Bergantung pada Allah Swt dalam segala hal.
Ridho apa pun yang datang dari Allah Swt, dalam segala hal Kembali kepada Allah Swt dalam hal apa pun.
Selalu butuh kepada Allah Swt, dalam segalanya.
Mengembalikan hati kepada Allah Swt dalam segala hal.
Sabar bersama Allah Swt, dalam menghadapi segalanya.
Memutuskan diri hanya kepada Allah Swt, dalam segalanya.
Istiqomah bersama Allah Swt, dalam hal apa pun.
Menyerahkan hati total kepada Allah Swt, dalam segala hal.
Pasrah segalanya dalam semua hal kepada Allah Swt.
Kita mesti terus besemangat dan terus berjuang, terus berikhtiyar, terus berusaha. Allah Swt telah membuka pintu-pintuNya, dan masih adakah alas an kita untuk enggan memasukinya?
Jika itu yang terjadi pasti tiang-tiang ubudiyah kita telah goyang, bahkan menuju robohnya.
Kita mesti terus berdoa dan memohon kepadaNya, karena kalau bukan taufiq dan ‘inayahNya, langkah kita menuju pintuNya tak akan pernah tiba. Amin.evan
Artikel Terkait:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar