0

Intropeksi Diri

Selasa, 03 Juli 2012
Share this Article on :

Pujian dan celaan adalah bagian dari romantika kehidupan manusia. Hari ini kita mendapat pujian mungkin besok kita mendapat celaan. Bagi seorang yang bertauhid, pujian maupun celaan dianggap sama saja. Ia tidak akan lupa diri karena di puji dan rendah diri karena dicela. Setiap pijian maupun celaan senantiasa dikaitkan dengan ridho Alloh.

"Mencintai pujian manusia bisa membuat seseorang menjadi buta dan tuli " ( H. R. Dailami )

Jika celaan yang ditujukan orang, itu sesuai dengan keadaan kita yang sebenarnya, bersyukurlah atas celaan itu berarti peringatan atas kesalahan kita. Hal ini menjadi pendorong bagi kita untuk memperbaiki kesalahan kita waktu itu juga. Dengan demikian celaan itu berarti rahmat dari Alloh.

Jika Celaan yang ditujukan orang, itu tidak sesuai dengan keadaan kita yang sebenarnya, maka celaan itu berarti suatu fitnah dan ghibah (menggunjing) atas diri kita. Itu berarti dosa kita akan semakin berkurang, dan kebaikan kita semakin bertambah.

"Sesungguhnya tatkala catatan kebaikan seseorang dibukukan kepadanya, orang itu berkata. "Mana kebaikan-kebaikan ( yang pernah saya lakukan ? ). Mengapa tidak ada dalam catatan amal ini ? . Maka dikatakan kepadanya " Kebaikan itu sudah dihapus karena kamu suka menggunjing seseorang " ( Al Hadist )

Merasakan hakikat sesuatu celaan itu dengan sudut pandang ukhrawi. Sadarilah bahwa sakitnya dihina orang hanyalah dalam pandangan dan perasaan duniawi.

Kalau penghinaan itu ditujukan kepada agama yang kita junjung keagungannya ( Islam dan Nabi Muhammad SAW ), dengan cara apapun kita wajib merasa sakit hati, bahkan wajib mengajukan pembelaan dengan seluruh kekuatan yang ada pada diri kita.
















Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar